HMPS IAT Mengadakan Seminar Nasional: From Classical Qur’anic Exegesis To Digital Interpretation

Yogyakarta, 26 Mei 2025 — Sebuah seminar nasional bertajuk "From Classical Qur’anic Exegesis To Digital Interpretation" yang digelar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta bertujuan untuk membahas keberlanjutan studi tafsir klasik dalam konteks perkembangan teknologi dan era digital. Seminar ini dihadiri oleh para akademisi, peneliti, dan pecinta kajian keislaman dari berbagai kalangan khususnya mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir.

Dalam sambutannya, panitia menyampaikan keprihatinan terhadap semakin berkurangnya kajian mengenai tafsir klasik, namun menegaskan bahwa kajian tersebut masih sangat relevan dan dapat dikembangkan kembali, khususnya dengan memanfaatkan teknologi digital saat ini.

Narasumber pertama, Dr. Phil Mu’ammar Zayn Qadafy, menyoroti pentingnya menemukan research gap atau celah penelitian yang masih terbuka luas dalam kajian tafsir klasik. Ia menekankan bahwa proses membaca secara mendalam dan analisis sejarah sangat penting dalam mengkaji aspek metodologi dan perkembangan tafsir.

Dalam pemaparannya, Dr. Phil Mu’ammar menjelaskan dua pendekatan utama dalam riset tafsir: pendekatan mikroskopik yang fokus pada aspek detail dan sebab-akibat, serta pendekatan panoramik yang melihat pola dan perkembangan secara keseluruhan. Keduanya dianggap saling melengkapi dalam mengungkap kajian tafsir secara komprehensif.

Sementara itu, narasumber kedua, Azzam Bachtiar M.S.I., menekankan bahwa narasi dan cerita merupakan bagian vital dari perkembangan peradaban dan pengetahuan manusia. Menurutnya, penulisan dan penelitian harus didasari pada riset yang mendalam dan inovatif agar mampu menemukan celah-celah baru dalam studi tafsir.

Selain itu, seminar juga membahas pentingnya memahami konteks sejarah peradaban untuk menelusuri perkembangan tafsir. Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam diskusi bahwa narasi sejarah dan latar belakang sosial peradaban sangat berpengaruh dalam membentuk pandangan dan metodologi tafsir.

Seminar ini diakhiri dengan harapan bahwa kajian tafsir klasik dapat terus berkembang dan relevan di era digital, sekaligus menjadi fondasi kuat dalam memahami makna ayat-ayat suci secara kontekstual dan mendalam.