Pembukaan Pekan Raya IAT 2025: Qur’anic Studies Today: Translation, Text, and Discourse

Yogyakarta, 13 Oktober 2025

— Pekan Raya Ilmu Al-Qur’an dan dan Tafsir 2025 kali ini bertajuk Delving into the Qur'an by Embracing Its Divine Message and Historical Context. Dengan tema tersebut, HMPS IAT membuka acara tersebut dengan sebuah seminar yang berjudul Qur’anic Studies Today: Translation, Text, and Discourse yang digelar di Teatrikal FUPI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Acara ini berusaha mengangkat isu dinamika terjemahan Al-Qur’an, perdebatan di dunia timur dan barat, beserta tantangan dan potensi penelitian didalamnya. Seminar ini dihadiri oleh para akademisi, peneliti, dan pecinta kajian keislaman dari berbagai kalangan khususnya mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir.

Pemateri yang pertama menghadirkan Dr. Phil. Fadhli Lukman, M.Hum. Ia memaparkan bahwa dalam dunia islam, terjemahan sebelumnya ditolak oleh para ulama karena ditakutkan menggantikan Al-Qur’an itu sendiri. Pemateri yang saat ini menjadi dosen IAT ini menjelaskan pada akhirnya muslim membolehkan penerjemahan ketika abad 19 meski memakai framework penerjemahan bible. Apa yang membedakan Al-Qur’an dengan kitab lainnya yaitu tetap dicantumkannya tulisan asli daripada Al-Qur’an itu sendiri. Ia juga menjelaskan bahwa terdapat terjemahan yang seringkali diabaikan dan memiliki tawaran penelitian yang besar, yaitu terjemahan interlinear atau dalam bahasa kita terjemah gandul. Ia juga memberi keterangan yang pada akhirnya, terjemahan dianggap menggantikan Al-Qur’an secara makna dan terkesan sebagai authorless translation. Maksud dari authorless translation yaitu audiens pembaca terjemah tidak peduli akan siapa yang menulis sebuah terjemah.

Dalam sesi kedua yang diisi oleh Dr. Hamam Faizin, M.A. Ia menjelaskan beberapa fakta dan aspek-aspek yang harus diperhatikan ketika melihat terjemahan Al-Qur’an. Beberapa diantaranya yaitu terjemah tidak muncul dari sebuah ruang hampa. Terjemah terikat oleh hal-hal disekitarnya seperti, ideologi penerjemah, jumlah aktor, bahasa sasaran, wacana yang berkembang, motif negara, sasaran, dan sebagainya. Terjemahan juga memiliki banyak potensi riset berlimpah. Bahkan Indonesia memiliki keunikan dimana pemerintah terlibat dalam standarisasi yang ketat dalam menentukan terjemah bagi masyarakatnya.

Sementara itu, moderator dalam acara ini, Imas Lu’ul Jannah, M.A. menambahkan bahwasanya kajian ini mempunyai potensi riset yang sangat berlimpah. Ia juga menekankan untuk menumbuhkan minat studi sejak awal perkuliahan. Sehingga menghindari kebingungan ketika menentukan topik penelitian saat akhir studi.

Seminar ini diakhiri dengan antusiasme peserta seminar dengan beberapa pertanyaan yang terlontar. Diharapkan dengan adanya seminar ini dapat memberi pengetahuan dasar kepada mahasiswa mengenai peluang-peluang riset yang belum banyak terjamah, khususnya dalam diskurus terjemahan.

-Ezra Najih Wildany